Restya Winda, Tersohor Lewat Developer Game Lokal
BANDUNG – Tidak dipungikiri di dunia seperti zaman sekarang ini peran wanita bukan lagi hanya sebagai penghias atau pemanis saja. Kekuatan wanita yang mampu menyihir dunia, sudah terlihat berperan besar dalam pertumbuhan dan kemajuan sebuah bangsa.Sehingga peran wanita kini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dalam dunia teknologi kaum Hawa bisa jauh dominan peranannya ketimbang pria. Bahkan di perusahaan-perusahaan besar sekelas Yahoo saja dipimpin oleh seorang wanita bernama Marissa Mayer.
Teknologi yang dahulunya dikenal sebagai dunianya laki-laki, kini berbalik bahwa wanita modern mampu mengambil posisi itu. Hal itulah yang juga ingin dibuktikan seorang programmer wanita muda asal Malang, Jawa Timur, Restya Winda Astari. Kesehariannya bekerja sebagai IT di perusahaan developer game lokal, Agate Bandung, Ia mengaku bangga.
Restya, di usianya yang masih 26 tahun ini terbilang sukses menunjukkan bakat dan kemampuannya di bidang IT programmer game developer yang digelutinya sejak masih di bangku kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kini, ia bukan lagi wanita layaknya anak-anak lain yang menghabiskan waktu liburnya untuk bermain game di rumah. Restya sekarang justru adalah sang wanita perkasa pembuat game untuk anak-anak dan belasan game lain yang ditelurkannya.
“Berawal dari kesukaan bermain game sejak masih di sekolah dasar, sekarang justru jadi bagian dari pembuat game anak-anak. Bangga saya,” ujar Restya saat berbincang dengan Okezone di kantornya di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Bukan hanya itu, dari tangan terampilnya, para gamers mengenalnya sebagai wanita muda dengan bakat luar biasa. Banyak karyanya yang dikenal luas, salah satunya game Jokowi yang kini tenar, adalah hasil garapannya bersama tim Agate.
Tujuh tahun bergelut di dunia IT baginya adalah tantangan, terutama melakukan pekerjaan yang selama ini di dominasi kaum Adam. Sejak masuk Agate 2011, Restya dihadapkan dengan tantangan oleh perusahaan, selain mampu membuat game dengan idenya sendiri, juga mampu jualan game-gamenya itu.
Dan kini, ia menempati posisi sebagai produser (istilah pimpinan unit yang mengkomandoi perusahaan game) dengan membawahi banyak anak buah yang sebagain besar justru laki-laki.
Sejak SMA
Bakat yang dimiliki Retsya itu sudah terlihat sejak duduk di bangku SMA, dimana ia mampu membuat software edukasi. “Sejak SMA memang suka bikin software edukasi, dan ketika kuliah pun sudah coba-coba membuat bikin game mobile, baru setelah itu PC,"
Ia menceritakan, ketika itu, insiatif membuat project game sosial yang ditujukan bagi anak-anak dan kesehatan. “Dasarnya memang suka dengan ilmu komputer sejak SMP dan ketika SMA belajar lebih serius mengenai apa itu programing, hingga tertaruk bikin interaktif. Ikut lomba juga berkali-kali di malang dan waktu itu juara tiga,” ceritanya malu-malu.
Wanita berkerudung ini pernah membuat game untuk brand anak-anak dan mendapatkan Award Inaicta tahun 2013, saat itu playernya mencapai ribuan. "Ini sebagai game yang paling berkesan dari yang pernah saya kerjakan," tuturnya.
Ia juga pernah membuat game sosial yang ternyata bisa dimainkan untuk orang yang difabel fisik. Selain juga banyak game-game untuk sosialisasi alat-alat kesehatan.
Tantangan
Kalau dibilang ini pekerjaan laki-laki, Restya mengaku adalah orang yang pertama kali menentang kalimat tersebut. “Saya paling keras mengatakan tidak,” ujar Restya yang mengaku ingin membuat perusahaan game sendiri.
Menurutnya, pekerjaan ini sangat mengasikan buat perempuan siapapun juga. Jadi bila ada wanita yang ingin terjun di dunia ini tentu hebat sekali. Tantangan akan dihadapi oleh wanita siapapun juga yang mau mencobanya, dan bila berhasil akan terasa nikmat.
Tantangan, suka dan duka dialami Restya dalam menjalankan profesi sebagai programmer IT game selama 7 tahun ini. Apalagi, bila sedang menjalankan sebuah projek baru dimana dibutuhkan sebuah kejelian, ketelitian, detil, hati-hati, dan keberanian dalam mengeksplorasi ide-ide segar yang mampu menghasilkan karya besar.
Terlebih di Agate tempat ia bekerja di dominasi oleh kaum pria dengan perbandingan 1-5. Ini justru tantangan bagi kita kaum perempuan dan dia berharap ke depan banyak para developer game lokal baru adalah kaum perempuan.
“Kesukaan laki-laki dan perempuan dalam bermain game beda karakter dan situlah kita banyak meminta masukan ke mereka (pria),” ungkap wanita yang sejak kecil suka main game Prehistoric 2. Selain sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengembang game lokal, Retsya juga menularkan ilmunya dengan mengajar sebagai dosen di ITB tempat dahulu ia menimba ilmu.
(amr)
Sumber: http://techno.okezone.com
Click here to CLP Official website
0 komentar:
Posting Komentar